Sunday, September 2, 2012

Hair Bow (an AKB48 fanfic)




Title: Hair Bow

Author: Tsu

Genre: Friendship

Rate: T

Main Cast: Atsuko Maeda, Minami Takahashi

Disclaimer: AKB48 punya Aki-P, agensi mereka, dan tentu diri mereka sendiri.

Summary:Atsuko shock ketika melihat potongan rambut baru Minami. Sebenarnya apa yang terjadi?

.
.
.

Sebuah pita rambut berwarna merah muda cerah menarik perhatian Atsuko. Gadis itu segera beranjak dari deretan topi hanya untuk memastikan apakah pita rambut merah muda itu juga bagus jika dilihat dari dekat.

“A~ kawaii,” bisik Atsuko setelah pita rambut itu kini ada dalam genggamannya. Sangat cocok jika dipakai Minami, pikirnya. Maka tak ragu-ragu lagi, Atsuko mengambil pita tersebut dan membawanya ke kasir. Tunggu dulu! Bukankah tujuan sebenarnya gadis itu ke toko aksesoris ini adalah membeli topi? Sepertinya dia lupa. Karena telah jatuh cinta pada sebuah pita rambut berwarna merah muda.

***

Hari ini memang bukan ulang tahun Minami, tapi tak ada salahnya memberi sang kapten tim A itu kejutan setelah latihan usai, bukan?! Atsuko sudah membungkus pita yang ia beli kemarin dengan kertas koran usang. Karena hanya itu yang ada di kamarnya. Sungguh bodoh memang! Padahal ia bisa sekalian membungkus benda tersebut dari tokonya kemarin. Sepertinya pesona pita itu yang membuatnya lupa. Tak apalah, sebuah kado jangan dilihat dari bungkusnya, tapi isinya. Seperti yang dikatakan pepatah, “Don’t judge a book by its cover.” Tapi ada kemungkinan Minami membuangnya karena ia akan berpikir bahwa itu hanya gulungan koran usang bekas sehingga ia akan melemparkannya ke tempat sampah. Ah, mudah-mudahan tidak.

Atsuko sudah sampai di studio tempat tim A akan berlatih hari ini. Dalam perjalanan ia berpikir kapan waktu yang tepat untuk memberikan kado yang sekarang ada dalam tasnya. Memberikan langsung pada Minami? Apa yang harus ia katakan? Mungkinkah Minami akan menangis terharu? Atau ia jejalkan saja kadonya ke tas Minami? Tapi benda yang sebenarnya kado itu akan dianggap sampah oleh Minami.

Konichiwa!” sapa Atsuko setelah ia membuka pintu. Sudah banyak member yang datang. Termasuk Minami yang sedang dikerubungi beberapa orang. Beberapa dari mereka terus berseru “Takamina, Takamina”. Ada apa sih?

Atsuko mendekat. Minami menyadari kedatangan Atsuko.

“Acchan! Lihat rambutku!” Minami melompat ke depan Atsuko sambil mengibaskan rambutnya.

Atsuko membuka mulutnya. Bukan karena lapar. Bukan juga menguap. Ia kaget. Hanya sedikit kaget.

“Gimana? Terlihat lebih segar, ‘kan?”

Atsuko hanya mengangguk setengah sadar.

“Ada kecelakaan kecil. Jadi aku terpaksa memotong rambutku. Daaan, sepertinya bagus-bagus aja rambutku panjang atau sedikit pendek seperti sekarang. Mungkin bedanya, aku sudah tidak cocok diikat tinggi-tinggi seperti dulu. Aaaah, semoga fansku tidak ada yang kecewa,” celoteh Minami panjang lebar seperti biasa.

Justru itu masalahnya! batin Atsuko. Ia mencari kursi terdekat agar bisa duduk sebelum ia jatuh pingsan gara-gara shock. Bagaimana nasib pita merah muda yang ia beli kemarin? Pita yang membuatnya jatuh hati. Dan ia ingin melihat pita itu dipakai oleh orang yang ia sayangi. Hanya Minami yang cocok memakainya.

Sekarang apa yang harus ia lakukan?

***

Cemberut. Sekocak apapun humor yang dilontarkan teman-temannya, Atsuko hanya mampu cemberut. Ramen yang terhidang di hadapannya ia acuhkan. Ia memang memakannya sedikit, sesuap, kemudian cemberut lagi tiga menit. Menyuap, kemudian cemberut lagi tiga menit. Dan terus berulang hingga tinggal ia sendiri yang ramennya belum tandas.

“Biasanya orang kalau lagi capek makannya lahap. Tapi lihat, mangkuk Acchan masih penuh,” ujar Mariko meneliti mangkuk ramen di hadapan Atsuko.

Atsuko mendelik, ia menyuap lagi mie ramen yang sudah dingin. Setelahnya cemberut lagi.

“Mungkin sedang bete,” sahut Minami yang sibuk dengan ponselnya.

Atsuko menatap tajam Minami yang duduk di sampingnya—tentu saja Minami tidak melihat. Minami lah yang membuatnya seperti ini. Bukan Minami sih, tapi rambut Minami. Err, sama saja sebenarnya.

“Ee, Acchan, boleh aku lihat ponselmu? Sepertinya ada beberapa nomor member yang terhapus,” pinta Minami.

“Ambil di tas,” sahut Atsuko pendek.

Minami memang sudah biasa mengorek isi tas sahabatnya itu. Tanpa diijinkan pun pasti ia ambil sendiri. Sebelum ia menemukan ponsel Atsuko, ada sebuah benda asing yang menarik perhatiannya.

“Tsk, bocah ini menyimpan sampah di dalam tas,” Minami menggelengkan kepalanya seraya mengeluarkan koran usang yang ukurannya cukup besar dalam genggaman tangannya. Ia mengoyak koran tersebut dan menemukan sesuatu yang berwarna pink.

“Eeh, apa ini?!” Minami tertegun.

Atsuko tersentak dan segera merampas pita yang dipegang Minami beserta tasnya. “Aku pulang duluan, jaa...”

“Hei, aku ‘kan mau pinjam ponselmu!” seru Minami sambil mengikuti Atsuko keluar dari kedai ramen.

Mariko dan beberapa member lain hanya memandang penuh tanya.

“Jadi, kita harus bayar makanan mereka?” celoteh Shizuka.

***

“Sudah selesai belum?” tanya Atsuko galak. Tiupan angin membelai rambutnya hingga ada beberapa helai yang kemudian menutupi wajahnya. Atsuko menepis rambut yang menghalangi pandangannya dengan gusar.

“Sabar, sabar, sebentar lagi,” ujar Minami, kedua tangannya sibuk; tangan kiri untuk ponsel miliknya dan tangan kanan untuk ponsel Atsuko.

Mereka berjalan beriringan meninggalkan kedai ramen. Atsuko masih cemberut dan Minami tidak mau ambil pusing mengenai masalah apa yang menyebabkan Atsuko menjadi bete.

Etto...yang tadi itu apa, sih? Benda berwarna pink dibungkus sampah?” tanya Minami sambil menyerahkan kembali ponsel Atsuko yang telah selesai ia pinjam.

“Sesuatu yang akan kubuang,” tukas Atsuko.

“Kenapa?”

“Karena aku tidak membutuhkannya!” jawab Atsuko dengan nada tinggi.

“Gimana kalau diberikan saja pada orang lain,” usul Minami. “Untukku misalnya?”

Atsuko berhenti melangkah dan menatap Minami. “Kamu mau?”

“Boleh. Dibuang sayang.”

Atsuko kembali berjalan tanpa mengacuhkan Minami. Minami yang bingung dengan tingkah Atsuko hanya mengikuti dan menyejajarkan langkah. Beberapa saat kemudian, Atsuko merogoh tasnya, mengambil benda berbungkus koran usang dan menyerahkannya pada Minami. Tanpa pikir panjang Minami membuka bungkusan yang sudah sobek tersebut.

“A~ kawaii...” kalimat yang mirip seperti ketika Atsuko melihat pita tersebut di toko. Sudah diduga. Atsuko yakin Minami akan menyukainya, karena ia sendiri menyukai benda tersebut.

“Ini ‘kan Takamina banget!” pekik Minami, matanya berbinar-binar.

“Aku tau,” sahut Atsuko.

Minami memposisikan pita itu di atas kepalanya. Padahal tidak ada cermin. “Ini cocok sekali untukku. Aku pikir benda ini memang untuk diberikan padaku. Ternyata bukan, ya?” tanya Minami penasaran.

“Menurutmu?” Atsuko melirik singkat.

“Kau sendiri belum pernah membelikanku barang imut seperti pita rambut. Lalu ini untuk siapa?” selidik Minami.

Atsuko hanya mendengus, tak berniat menjawab. Ia memang tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu.

“Tomochin?”

“...”

“Minegishi?”

“...”

“Atau Mayuyu?”

Atsuko mulai jengkel dan menghentikan langkahnya, “ITU UNTUKMU, TAKAMINA!” seru Atsuko setengah berteriak. “Aku membelikannya khusus untukmu! Bahkan aku tidak jadi membeli barang yang aku butuhkan karena aku hanya ingin membeli benda itu. Karena aku rasa benda itu cocok untukmu, jadi aku tidak punya keinginan lain selain membelinya dan segera memberikan padamu.” Nafas Atsuko memburu. Yang ia lakukan hanya berbicara, tapi jantungnya sampai berdetak lebih cepat. Ia menunduk. Menatap permukaan jalan dan ujung selopnya yang berwarna coklat pekat.

Minami menatap Atsuko penuh tanya. Anak ini kenapa, sih? batin Minami heran.

Atsuko meremas ujung jaketnya, nafasnya sedikit megap-megap sebelum ia siap berbicara lagi. “Pita rambut yang besar itu ciri khasmu, ‘kan? Makanya aku tidak ragu ketika pertama kali melihat pita itu. Tapi aku pikir benda itu jadi tak berguna setelah rambutmu jadi pendek,” Atsuko menyambung uraian yang mirip pernyataan cinta—karena ia melakukannya sambil menunduk dibarengi jantung yang berdetak kencang.

Minami mengangkat wajah Atsuko dengan menarik dagunya menggunakan tangan kiri. “Baka!” sungut Minami. “Hanya gara-gara aku potong rambut lalu kamu batal memberikan pita ini untukku?”

Atsuko mengangguk.

Sedetik kemudian Minami terbahak, “Ahahahaha...hahahaha...” ia sampai harus memegangi perutnya.

Atsuko cemberut dan segera berjalan cepat-cepat meninggalkan Minami yang terpingkal-pingkal.

“Hahahah, Acchan, chotto matte, ihihihi...” Minami menyusul Atsuko tanpa harus repot-repot mengurangi atau menghentikan tawanya.

Belum cukup dengan cemberut saja, Atsuko melipat tangannya di dada.

“Kenapa sih, benda ini harus dibuang? Toh aku menyukainya,” ujar Minami dengan sisa-sisa cekikikan.

“Karena rambutmu udah gak cocok, Minami,” jawab Atsuko ketus.

“Kata siapa?”

“Rambutmu pendek sekarang. Gak akan ada lagi ikatan tinggi-tinggi yang dipercantik dengan pita besar. Iya, ‘kan?! Jadi percuma aku beri pita besar, toh jadi mubazir.”

“Jadi karena potongan rambut tinggi-tinggi itu hilang, aku gak cocok dengan pita besar?”

Atsuko mengangguk.

“Ahahahahah...” Minami terbahak lagi.

“Bakamina!” rutuk Atsuko jengkel. “Kamu gak usah ngetawain aku, deh!”

“Kamu lucu, sih! Jadi kamu pikir, pita besar gak cocok untuk rambut pendek?” tanya Minami.

“Iya. Harus berapa kali aku bilang?!”

“Baka! Aku masih bisa memakainya di samping,” Minami menyematkan pita besar berwarna pink itu di kepalanya, lebih tepatnya di sebelah sisi kiri kepalanya. “Lihatlah! Cocok-cocok aja, kok,” Minami menarik tangan Atsuko agar sahabatnya itu bisa melihat pita yang nangkring di kepala Minami sekarang.

Atsuko menoleh.

“Iya, ‘kan?! Kamu terlalu sok tau, sih!” ejek Minami.

Wajah Atsuko merah padam. Pita itu memang cocok untuk Minami. Entah itu dengan rambut panjang atau pendek.Entah dengan high ponytail atau rambut gerai. Asal Minami yang memakainya, dan pita itu kado spesial dari Atsuko meski hampir ia buang.

“Hihihi,” Minami terkikik.

Atsuko hanya tersenyum simpul seraya menunduk menyembunyikan warna wajahnya.

Baka!” Minami mengacak rambut Atsuko sambil cekikikan.

“Hei!” protes Atsuko. Ia membenarkan tatanan rambutnya.

Ternyata memberikan sebuah benda pada sahabat terdekat pun bisa begini malunya. Duh, Atsuko menyembunyikan senyuman tertahan dan wajah merahnya dengan memalingkan muka.


—FIN—

1 comment:

  1. Shizuka yg diatas itu Shizuka yg mana? Oya Shizuka, kah?

    ReplyDelete