Wednesday, January 4, 2012

Fruits - Cherry


Harmoni Kesegaran Buah #2 Ceri
Author: Tsu
Disclaimer: Fruits by Kim Euy-jung © Elex Media 2010


Matahari tersenyum malu-malu di ufuk barat. Mempersiapkan diri untuk menerangi belahan dunia lain. Burung-burung senja kembali ke sarangnya setelah mencari makanan.
               
                Terdengar keributan dari sebuah rumah di bilangan kota metropolitan, Seoul.

                “KYAAAA!!”

                “Ada apa ini?! Apa yang terjadi, Yeoju?” seru seorang lelaki, panik. Ia bernama Yeowon.

                “Kenapa ribut-ribut, sih?” seorang perempuan keluar dari kamarnya-mengerutkan alis penasaran, Yeohwan.

                Mereka berkumpul di ruang tengah, tempat keributan tersebut memanggil Yeowon dan Yeohwan. Seorang lelaki muda berlarian di rumah  hanya mengenakan sepotong handuk melilit yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

                “Pakai baju donk! Dasar mesum!” bentak Yeoju, -gadis yang berteriak memicu kerumunan-sambil menutup mata.

                Lelaki (setengah) telanjang itu mendapatkan tendangan telak di pantatnya. “Anak kurang ajar! Kenapa nggak pake baju di depan Yeoju?” bentak Yeowon menendang si lelaki mesum.

                “Hihihi…” lelaki telanjang bernama Yeohong itu hanya cekikikan sambil meringis.

                Sementara Yeowon dan Yeohong masih ribut, Yeoju sibuk mengenakan sepatu di kakinya.

                “Kamu mau kemana, Yeoju?” tanya Yeohwan sambil menutup sebelah telinga untuk meredam keributan yang ditimbulkan Yeohong.

               “Mau nonton film sama teman, Eonni. Sekarang ‘kan malam minggu, Eonni gak pergi kencan?” Yeoju balik bertanya.

                “Nanti aku juga pergi. Selamat bersenang-senang, ya!”

                Ne. Aku berangkat!” pamit Yeoju seraya menutup pintu rumah. Sayup-sayup terdengar suara Yeohong yang minta dibawakan oleh-oleh.

                Di jalan, Yeoju masih memikirkan tentang tingkah Yeohong yang menurutnya semakin aneh. ‘Aku jadi malu sendiri kalau Kak Yeohong nggak pakai baju di dalam rumah. Namyeong pasti nggak kayak gitu…’ ia berkhayal tentang teman sekelasnya yang ia sukai. Gadis itu membayangkan Namyeong tanpa busana. “Kyaaa…! Kenapa jadi mikirin yang kayak gini?!” Yeoju mengibaskan tangannya seraya tersipu malu.

                Sim Yeoju adalah gadis berusia 15 tahun. Ia menempati sebuah rumah beserta tiga orang saudaranya. Kakak laki-laki pertama bernama Sim Yeowon (26), sesuai umurnya, ia terlihat sangat dewasa. Kemudian kakak perempuan bernama Sim Yeohwan (23), selalu menjadi teman curhat Yeoju. Dan kakak laki-laki kedua yaitu Sim Yeohong (21), tingkahnya sangat konyol.
.
.
.
                “Sam, aku mencintaimu…”

                Perlahan-lahan lelaki itu mendekatkan wajahnya pada perempuan di hadapannya. Si perempuan menyambutnya dengan memejamkan mata dan merekahkan bibirnya. Wajah mereka semakin dekat, dekat, hingga bibir mereka bersentuhan. Memberi kehangatan satu sama lain.

                Yeoju dan kedua orang temannya melongo menonton adegan tersebut. Setelah film selesai diputar, mereka keluar dari gedung bioskop dan masih saja membicarakan film tersebut.

                “Film ini bikin jantungku berdebar-debar,” desah Yeoju.

                “Betul! Apalagi ciumannya…” timpal seorang temannya yang mempunyai rambut pendek.

                “Uh, gemes!” seru si Jangkung.

                “Aku mau lihat lagi bagian ciumannya!” Yeoju mengepalkan tangan dengan wajah tersipu.

                “Huhu, sini aku ajari caranya…” tawar si Jangkung sambil mendekat ke arah Yeoju.

                “Nggak mau! Ciuman pertama harus sama orang yang disukai, ‘kan?!” protes Yeoju.

                “Sini, aku cium kamu…” si Jangkung tak menghiraukan omelan Yeoju, ia mendekat dengan usil.

                “Kyaaa…pergi sana!”

                “Hahaha…”

                Langit memang sudah berubah gelap ketika mereka keluar dari gedung bioskop. Yeoju dan kedua temannya berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.

                Ketika sampai di depan rumah, Yeoju melihat Yeohwan yang baru saja pulang diantar pacarnya. Yeoju berniat mengagetkan kakaknya, namun, ia terpaku ketika melihat Yeohwan berciuman dengan pacarnya sebagai salam perpisahan. Yeoju kaget dan segera bersembunyi di balik tembok sambil rumahnya. Jantungnya berdegup kencang. Adegan ciuman yang ia lihat di film tadi masih membekas dan membuatnya gelagapan, apalagi ia melihatnya secara langsung kini.

                Setelah pacar Yeohwan pergi, kakaknya bergegas masuk rumah. Ia tak menyadari kehadiran Yeoju. Kemudian Yeoju yang masih tercengang keluar dari persembunyiannya dan menyusul masuk.

                Ketika makan malam bersama Yeohwan dan Yeowon, Yeoju bengong menatap Yeohwan. Kejadian tadi masih terbayang di matanya.

                “Hei, bungsu! Kenapa dari tadi melihatku kayak gitu? Apa ada noda di wajahku? Kalau sedang makan gak usah diperhatikan,” tukas Yeohwan yang merasa risih.

                “Ng-nggak, kok,” sahut Yeoju gugup. “Aku nggak ngapa-ngapain!” tambahnya seraya memalingkan wajah.

                “Hah? Apa?” tanya Yeohwan heran.

                “Huh, kak Yeowon aneh!” seru Yeoju dengan wajah memerah.

                Yeowon yang dijadikan kambing hitam hanya melongo tak mengerti.

                Usai makan, Yeoju belajar di kamarnya, menyalin dan mempelajari kata kerja dalam Bahasa Inggris.

                BRAAAAK! “Yeoju!” pintu kamar dibuka tiba-tiba oleh Yeohong. Yeoju yang tengah konsentrasi belajar tersentak kaget. “Kalau masuk ketuk dulu dong, Oppa!”

                “Eh, lupa lagi. Maaf ya..” sahut Yeohong merasa bersalah. “Ini, makan buahnya!” ia menyodorkan sepiring buah yang dibawanya.

                Sementara itu, Yeoju bengong memperhatikan bibir Yeohong.

                “Eh, ada  apa?” tanya Yeohong kebingungan.

                “Ah, nggak, nggak apa-apa!” timpal Yeoju tergagap.

                Malam itu Yeoju terus-terusan memikirkan adegan ciuman yang ia lihat. Baik adegan ciuman di film, pun adegan langsung yang ia lihat tadi. Terus terbayang di pikirannya seperti video yang di-replay terus menerus.
.
.
.
                Pagi itu, Yeoju baru tiba di kelasnya. Ia menyimpan tas dan segera duduk di kursinya.

                “Yeoju baru datang?” sapa Namyeong yang duduk bersebelahan dengan Yeoju.

                “Iya. Hai…” jawab Yeoju sambil memalingkan muka. Menyembunyikan pipinya yang tiba-tiba memerah. Ia menyukai Namyeong. Namun untuk menatap wajahnya pun tak berani. ‘Kalau aku ciuman sama Namyeong, apa rasanya ya?’ batin Yeoju. Pikirannya pun melayang membayangkan adegan sedang berduaan dengan Namyeong.

                “Oh iya, Yeoju!” panggil Namyeong tiba-tiba. Mengagetkan Yeoju dan membuyarkan lamunannya sekaligus.

                “Iya?”

                “Kenapa kaget? Aku mau pinjam PR Matematika.”
.
.
.
                Waktu istirahat makan siang, Yeoju duduk bersama dua orang temannya. “Huaah, gawat!” gerutu Yeoju seraya membaringkan kepalanya di meja.

                “Kenapa?” tanya si Jangkung sambil nyengir.

                “Aku melihat kakakku dan pacarnya ciuman, dan aku terus memikirkan itu.”

                “Waah, kamu dapat tontonan bagus, dong. Hahaha…” si Jangkung menjawil pipi Yeoju.

                “Aw!” seru Yeoju kesakitan.

                “Oh, ciuman…. Apa rasanya, ya? Khususnya saat ciuman pertama,” sahut si Rambut Pendek sambil menerawang.

                “Apa pikiran kita jadi putih bersih?” tebak Yeoju.

                “Bukan. Katanya ada suara tembakan di dalam kepala kita,” jawab si Rambut Pendek.

                “Duh…kamu terlalu banyak baca komik.”

                “Huh! Dasar bocah!” tukas si Jangkung. “Nggak ada rasa apapun waktu ciuman pertama.”

               “APA?! JADI KAMU SUDAH PERNAH CIUMAN?!” Yeoju dan si Rambut Pendek terkejut. Mereka mendekat antusias.

                “Err…kata…kakakku…”
.
.
.
                Yeoju mencari pengering rambut di kamarnya. Namun ia tak menemukan benda itu. Ia menyelinap masuk ke kamar kakaknya, Yeohwan, dan menemukan benda tersebut disana. Yeoju juga tertarik dengan sebuah benda kecil, lipstick. Tanpa dosa, ia memasukkan benda kecil tersebut ke saku bajunya.

                Setelah kembali ke kamarnya, Yeoju mencoba mengoleskan lipstick warna ceri tersebut di hadapan cermin tangannya. “Wah, jadi benar-benar cantik!” Ia terus menatap pantulan wajahnya di cermin. Jantungnya berdetak kencang. Ia kembali mengingat adegan ciuman yang belakangan selalu memenuhi kepalanya. Yeoju memejamkan mata dan mendekatkan bibirnya ke cermin.

                BRAAAK! “Hei, lagi ngapain?” Yeohong membuka pintu kamar tiba-tiba, mendapati Yeoju dalam posisi mencium cermin. “Kamu…”

                “SUDAH KUBILANG KALAU MASUK KETUK DULU!” teriak Yeoju, kesal sekaligus malu.

                Yeohong keluar kamar sambil cekikikan. Ia menghampiri Yeowon yang sedang membaca koran di sofa. “Huu, suamiku, sekarang Yeoju sudah mulai besar,” sahut Yeohong dengan gaya genit istri muda.

                “Apa-apaan, sih?! Yeoju kenapa?” tanya Yeowon kesal karena merasa ketenangannya diganggu.

                “Huhu, barusan dia mau ciuman.”

                Yeowon membanting koran, “APA?! SIAPA YANG BERANI COBA-COBA?”

                Yeohong menyeret Yeowon ke kamar Yeoju. “Hei, Yeoju, tentang hal itu, kamu bisa konsultasi sama kakakmu ini,” tawar Yeohong dengan wajah mesum.

                “Nggak boleh ciuman!” bentak Yeowon sambil melotot.

                “PERGI SANA!” seru Yeoju sambil melempar bantal tepat ke wajah Yeohong.

                Malam itu Yeoju marah pada Yeohong. Meskipun Yeohong terus menggoda dan meminta maaf padanya, gadis itu mengacuhkannya.
.
.
.
                Tengah malam, Yeoju terbangun dari tidurnya karena kehausan. Ia berjalan menuju dapur. Di koridor, Yeoju bertemu dengan Yeohong yang baru pulang.

                Dengan langkah sempoyongan, Yeohong mendekat ke arah Yeoju, “Yeojuuu…”

                “Ah, oppa minum-minum lagi, ya?” tanya Yeoju karena mencium bau alcohol dari tubuh kakaknya.

               “Yeoju-ku yang lucu…” Yeohong mendekat dan meraih wajah Yeoju, kemudian….mencium gadis itu. MENCIUMNYA. “Haha, Yeoju ada tiga!” seru Yeohong setelah mencuri ciuman dari adiknya. Ia menari-nari tak jelas.

                Yeoju diam terpaku dan menyentuh bibirnya yang sudah tak  perawan lagi, “Ci-ciuman pertamaku…. KUBUNUH KAU!!” jerit Yeoju.

                “Eh, aku juga mencintaimu,” timpal Yeohong sambil menari-nari.

                Yeowon dan Yeohwan keluar dari kamar mereka karena mendengar teriakan Yeoju.

                “Hei, ada apa lagi?” tanya Yeowon dengan mata terpejam.

                “Apa nggak ada hari tenang di rumah ini?” gerutu Yeohwan.

                Yeohong masih asyik menari-nari, sementara Yeoju terdiam di tempat.

               

                “Aku nggak terima. Dasar pemabuk kurang ajar!” Yeoju menghambur ke pelukan Yeohwan dan menangis.

“Kamu minum lagi?” tanya Yeowon.

                “Aku juga mencintaimu, Hyung!” Yeohong hendak memeluk Yeowon, namun  disambut tendangan oleh pria itu.

                Esok paginya, Yeohong yang tak tahu apa-apa bertingkah seperti biasa. “Pagi, Yeoju…”

                “Aku nggak akan pernah memaafkan Oppa!” tukas Yeoju kesal. Ia membanting pintu dan berangkat sekolah.

                “Memangnya apa yang kulakukan kemarin?!” jerit Yeohong frustasi.

                “Kalau aku jadi dia, aku juga nggak sudi. Ciuman pertamaku dari orang yang mulutnya bau alcohol,” timpal Yeohwan yang sedang bersantai, membaca koran dan menikmati teh manis.

                “Hah? Aku melakukan itu pada Yeoju?”

                “Iya, bodoh! Kamu gak tahu betapa berharganya ciuman pertama bagi wanita. Kamu harus ingat itu sampai mati!”
.
.
.
                Malamnya, Yeoju masih beraksi diam terhadap Yeohong. Dan Yeohong meminta bantuan pada Yeohwan untuk mendamaikannya dengan Yeoju.

                Yeohwan masuk ke kamar Yeoju dengan membawa sepiring sandwich dan segelas jus. “Lagi belajar? Ayo makan ini!” Yeohwan meletakkan gelas jus tersebut di atas meja, tanpa sengaja ia menyenggol lipstick warna ceri hingga jatuh.

                “Wah, sandwich!” seru Yeoju senang.

              Yeohwan mengenali lipstick itu: miliknya. Kemudian ia tersenyum simpul. “Kamu marah gara-gara Kak Yeohong, ya?”

                Yeoju menjawabnya dengan mimik muka jengkel.

                “Tenang saja. Eonni yang akan memberikan pelajaran pada anak itu.”

                “Setuju! Bagaimanapun juga, Yeohong oppa adalah musuhku!”

                “Dia hanya becanda denganmu. Soalnya kamu itu lucu. Hm, ciuman pertama dilakukan dengan orang yang disukai dan dengan perasaan berdebar-debar, ‘kan?!”

                “Iya.”

                “Duh, lucunya…” Yeohwan mengacak lembut rambut adiknya.
.
.
.
                KRIIING! Alarm di ponselnya memaksa Yeoju untuk bangun pagi itu.

                Meski masih mengantuk, Yeoju bangkit dari ranjangnya. Ia tertegun melihat sesuatu di atas meja belajar. Sepucuk surat dan sebuah kado kecil.

                Yeoju adikku sayang….
                Kakak benar-benar minta maaf. Kakak punya sesuatu untukmu. Ini akan sangat bermanfaat untuk adikku yang lucu. Selamat dandan, dan kalau mau pergi jalan-jalan, dipakai, ya!”

                Dari kak Yeohong.

                Dengan tergesa-gesa, Yeoju membuka kado kecil tersebut. “Ah, lipstick aroma ceri…” ia segera mencobanya.

                Hari ini, ia berangkat sekolah mengenakan lipstick barunya.

                “Yeoju, semalam tidur nyen-” sapaan Yeohong tak didengar Yeoju. Lebih tepatnya, Yeoju pura-pura tak mendengar.

                “Aku maafkan oppa, kali ini saja,  hehe…” tepat di depan pintu keluar, Yeoju tersenyum memamerkan lipstick barunya yang berkilau.

.
.
.
                Di koridor sekolah setelah kelas bubar, Yeoju melihat Namyeong. Ia mengecek penampilannya di cermin kecil, dan dengan penuh percaya diri, ia menyapa Namyeong.

-FIN-

No comments:

Post a Comment