Title: Hair Bow
Author: Tsu
Genre: Friendship
Rate: T
Main Cast: Atsuko Maeda, Minami Takahashi
Disclaimer: AKB48 punya Aki-P, agensi mereka, dan
tentu diri mereka sendiri.
Summary:Atsuko shock ketika melihat potongan rambut baru Minami. Sebenarnya apa
yang terjadi?
.
.
.
Sebuah
pita rambut berwarna merah muda cerah menarik perhatian Atsuko. Gadis itu
segera beranjak dari deretan topi hanya untuk memastikan apakah pita rambut
merah muda itu juga bagus jika dilihat dari dekat.
“A~ kawaii,” bisik Atsuko setelah pita
rambut itu kini ada dalam genggamannya. Sangat cocok jika dipakai Minami,
pikirnya. Maka tak ragu-ragu lagi, Atsuko mengambil pita tersebut dan
membawanya ke kasir. Tunggu dulu! Bukankah tujuan sebenarnya gadis itu ke toko
aksesoris ini adalah membeli topi? Sepertinya dia lupa. Karena telah jatuh
cinta pada sebuah pita rambut berwarna merah muda.
***
Hari
ini memang bukan ulang tahun Minami, tapi tak ada salahnya memberi sang kapten
tim A itu kejutan setelah latihan usai, bukan?! Atsuko sudah membungkus pita
yang ia beli kemarin dengan kertas koran usang. Karena hanya itu yang ada di
kamarnya. Sungguh bodoh memang! Padahal ia bisa sekalian membungkus benda
tersebut dari tokonya kemarin. Sepertinya pesona pita itu yang membuatnya lupa.
Tak apalah, sebuah kado jangan dilihat dari bungkusnya, tapi isinya. Seperti
yang dikatakan pepatah, “Don’t judge a
book by its cover.” Tapi ada kemungkinan Minami membuangnya karena ia akan
berpikir bahwa itu hanya gulungan koran usang bekas sehingga ia akan
melemparkannya ke tempat sampah. Ah, mudah-mudahan tidak.
Atsuko
sudah sampai di studio tempat tim A akan berlatih hari ini. Dalam perjalanan ia
berpikir kapan waktu yang tepat untuk memberikan kado yang sekarang ada dalam
tasnya. Memberikan langsung pada Minami? Apa yang harus ia katakan? Mungkinkah
Minami akan menangis terharu? Atau ia jejalkan saja kadonya ke tas Minami? Tapi
benda yang sebenarnya kado itu akan dianggap sampah oleh Minami.
“Konichiwa!” sapa Atsuko setelah ia
membuka pintu. Sudah banyak member yang datang. Termasuk Minami yang sedang
dikerubungi beberapa orang. Beberapa dari mereka terus berseru “Takamina,
Takamina”. Ada apa sih?
Atsuko
mendekat. Minami menyadari kedatangan Atsuko.
“Acchan!
Lihat rambutku!” Minami melompat ke depan Atsuko sambil mengibaskan rambutnya.
Atsuko
membuka mulutnya. Bukan karena lapar. Bukan juga menguap. Ia kaget. Hanya
sedikit kaget.
“Gimana?
Terlihat lebih segar, ‘kan?”
Atsuko
hanya mengangguk setengah sadar.
“Ada
kecelakaan kecil. Jadi aku terpaksa memotong rambutku. Daaan, sepertinya
bagus-bagus aja rambutku panjang atau sedikit pendek seperti sekarang. Mungkin
bedanya, aku sudah tidak cocok diikat tinggi-tinggi seperti dulu. Aaaah, semoga
fansku tidak ada yang kecewa,” celoteh Minami panjang lebar seperti biasa.
Justru
itu masalahnya! batin Atsuko. Ia mencari kursi terdekat agar bisa duduk sebelum
ia jatuh pingsan gara-gara shock.
Bagaimana nasib pita merah muda yang ia beli kemarin? Pita yang membuatnya
jatuh hati. Dan ia ingin melihat pita itu dipakai oleh orang yang ia sayangi.
Hanya Minami yang cocok memakainya.
Sekarang
apa yang harus ia lakukan?
***
Cemberut.
Sekocak apapun humor yang dilontarkan teman-temannya, Atsuko hanya mampu cemberut.
Ramen yang terhidang di hadapannya ia acuhkan. Ia memang memakannya sedikit,
sesuap, kemudian cemberut lagi tiga menit. Menyuap, kemudian cemberut lagi tiga
menit. Dan terus berulang hingga tinggal ia sendiri yang ramennya belum tandas.
“Biasanya
orang kalau lagi capek makannya lahap. Tapi lihat, mangkuk Acchan masih penuh,”
ujar Mariko meneliti mangkuk ramen di hadapan Atsuko.
Atsuko
mendelik, ia menyuap lagi mie ramen yang sudah dingin. Setelahnya cemberut
lagi.
“Mungkin
sedang bete,” sahut Minami yang sibuk dengan ponselnya.
Atsuko
menatap tajam Minami yang duduk di sampingnya—tentu saja Minami tidak melihat.
Minami lah yang membuatnya seperti ini. Bukan Minami sih, tapi rambut Minami.
Err, sama saja sebenarnya.
“Ee,
Acchan, boleh aku lihat ponselmu? Sepertinya ada beberapa nomor member yang terhapus,” pinta Minami.
“Ambil
di tas,” sahut Atsuko pendek.
Minami
memang sudah biasa mengorek isi tas sahabatnya itu. Tanpa diijinkan pun pasti
ia ambil sendiri. Sebelum ia menemukan ponsel Atsuko, ada sebuah benda asing
yang menarik perhatiannya.
“Tsk,
bocah ini menyimpan sampah di dalam tas,” Minami menggelengkan kepalanya seraya
mengeluarkan koran usang yang ukurannya cukup besar dalam genggaman tangannya.
Ia mengoyak koran tersebut dan menemukan sesuatu yang berwarna pink.
“Eeh,
apa ini?!” Minami tertegun.
Atsuko
tersentak dan segera merampas pita yang dipegang Minami beserta tasnya. “Aku
pulang duluan, jaa...”
“Hei,
aku ‘kan mau pinjam ponselmu!” seru Minami sambil mengikuti Atsuko keluar dari
kedai ramen.
Mariko
dan beberapa member lain hanya
memandang penuh tanya.
“Jadi,
kita harus bayar makanan mereka?” celoteh Shizuka.
***
“Sudah
selesai belum?” tanya Atsuko galak. Tiupan angin membelai rambutnya hingga ada
beberapa helai yang kemudian menutupi wajahnya. Atsuko menepis rambut yang
menghalangi pandangannya dengan gusar.
“Sabar,
sabar, sebentar lagi,” ujar Minami, kedua tangannya sibuk; tangan kiri untuk
ponsel miliknya dan tangan kanan untuk ponsel Atsuko.
Mereka
berjalan beriringan meninggalkan kedai ramen. Atsuko masih cemberut dan Minami
tidak mau ambil pusing mengenai masalah apa yang menyebabkan Atsuko menjadi
bete.
“Etto...yang tadi itu apa, sih? Benda
berwarna pink dibungkus sampah?” tanya Minami sambil menyerahkan kembali ponsel
Atsuko yang telah selesai ia pinjam.
“Sesuatu
yang akan kubuang,” tukas Atsuko.
“Kenapa?”
“Karena
aku tidak membutuhkannya!” jawab Atsuko dengan nada tinggi.
“Gimana
kalau diberikan saja pada orang lain,” usul Minami. “Untukku misalnya?”
Atsuko
berhenti melangkah dan menatap Minami. “Kamu mau?”
“Boleh.
Dibuang sayang.”
Atsuko
kembali berjalan tanpa mengacuhkan Minami. Minami yang bingung dengan tingkah
Atsuko hanya mengikuti dan menyejajarkan langkah. Beberapa saat kemudian,
Atsuko merogoh tasnya, mengambil benda berbungkus koran usang dan
menyerahkannya pada Minami. Tanpa pikir panjang Minami membuka bungkusan yang
sudah sobek tersebut.
“A~ kawaii...” kalimat yang mirip seperti
ketika Atsuko melihat pita tersebut di toko. Sudah diduga. Atsuko yakin Minami
akan menyukainya, karena ia sendiri menyukai benda tersebut.
“Ini
‘kan Takamina banget!” pekik Minami, matanya berbinar-binar.
“Aku
tau,” sahut Atsuko.
Minami
memposisikan pita itu di atas kepalanya. Padahal tidak ada cermin. “Ini cocok
sekali untukku. Aku pikir benda ini memang untuk diberikan padaku. Ternyata
bukan, ya?” tanya Minami penasaran.
“Menurutmu?”
Atsuko melirik singkat.
“Kau
sendiri belum pernah membelikanku barang imut seperti pita rambut. Lalu ini
untuk siapa?” selidik Minami.
Atsuko
hanya mendengus, tak berniat menjawab. Ia memang tidak punya jawaban untuk
pertanyaan itu.
“Tomochin?”
“...”
“Minegishi?”
“...”
“Atau
Mayuyu?”
Atsuko
mulai jengkel dan menghentikan langkahnya, “ITU UNTUKMU, TAKAMINA!” seru Atsuko
setengah berteriak. “Aku membelikannya khusus untukmu! Bahkan aku tidak jadi
membeli barang yang aku butuhkan karena aku hanya ingin membeli benda itu.
Karena aku rasa benda itu cocok untukmu, jadi aku tidak punya keinginan lain
selain membelinya dan segera memberikan padamu.” Nafas Atsuko memburu. Yang ia
lakukan hanya berbicara, tapi jantungnya sampai berdetak lebih cepat. Ia
menunduk. Menatap permukaan jalan dan ujung selopnya yang berwarna coklat
pekat.
Minami
menatap Atsuko penuh tanya. Anak ini kenapa, sih? batin Minami heran.
Atsuko
meremas ujung jaketnya, nafasnya sedikit megap-megap sebelum ia siap berbicara
lagi. “Pita rambut yang besar itu ciri khasmu, ‘kan? Makanya aku tidak ragu
ketika pertama kali melihat pita itu. Tapi aku pikir benda itu jadi tak berguna
setelah rambutmu jadi pendek,” Atsuko menyambung uraian yang mirip pernyataan
cinta—karena ia melakukannya sambil menunduk dibarengi jantung yang berdetak
kencang.
Minami
mengangkat wajah Atsuko dengan menarik dagunya menggunakan tangan kiri. “Baka!” sungut Minami. “Hanya gara-gara
aku potong rambut lalu kamu batal memberikan pita ini untukku?”
Atsuko
mengangguk.
Sedetik
kemudian Minami terbahak, “Ahahahaha...hahahaha...” ia sampai harus memegangi
perutnya.
Atsuko
cemberut dan segera berjalan cepat-cepat meninggalkan Minami yang
terpingkal-pingkal.
“Hahahah,
Acchan, chotto matte, ihihihi...”
Minami menyusul Atsuko tanpa harus repot-repot mengurangi atau menghentikan
tawanya.
Belum
cukup dengan cemberut saja, Atsuko melipat tangannya di dada.
“Kenapa
sih, benda ini harus dibuang? Toh aku menyukainya,” ujar Minami dengan
sisa-sisa cekikikan.
“Karena
rambutmu udah gak cocok, Minami,” jawab Atsuko ketus.
“Kata
siapa?”
“Rambutmu
pendek sekarang. Gak akan ada lagi ikatan tinggi-tinggi yang dipercantik dengan
pita besar. Iya, ‘kan?! Jadi percuma aku beri pita besar, toh jadi mubazir.”
“Jadi
karena potongan rambut tinggi-tinggi itu hilang, aku gak cocok dengan pita
besar?”
Atsuko
mengangguk.
“Ahahahahah...”
Minami terbahak lagi.
“Bakamina!”
rutuk Atsuko jengkel. “Kamu gak usah ngetawain aku, deh!”
“Kamu
lucu, sih! Jadi kamu pikir, pita besar gak cocok untuk rambut pendek?” tanya
Minami.
“Iya.
Harus berapa kali aku bilang?!”
“Baka!
Aku masih bisa memakainya di samping,” Minami menyematkan pita besar berwarna
pink itu di kepalanya, lebih tepatnya di sebelah sisi kiri kepalanya.
“Lihatlah! Cocok-cocok aja, kok,” Minami menarik tangan Atsuko agar sahabatnya
itu bisa melihat pita yang nangkring di kepala Minami sekarang.
Atsuko
menoleh.
“Iya, ‘kan?!
Kamu terlalu sok tau, sih!” ejek Minami.
Wajah
Atsuko merah padam. Pita itu memang cocok untuk Minami. Entah itu dengan rambut
panjang atau pendek.Entah dengan high
ponytail atau rambut gerai. Asal Minami yang memakainya, dan pita itu kado
spesial dari Atsuko meski hampir ia buang.
“Hihihi,”
Minami terkikik.
Atsuko
hanya tersenyum simpul seraya menunduk menyembunyikan warna wajahnya.
“Baka!” Minami mengacak rambut Atsuko
sambil cekikikan.
“Hei!”
protes Atsuko. Ia membenarkan tatanan rambutnya.
Ternyata
memberikan sebuah benda pada sahabat terdekat pun bisa begini malunya. Duh,
Atsuko menyembunyikan senyuman tertahan dan wajah merahnya dengan memalingkan
muka.
—FIN—
Shizuka yg diatas itu Shizuka yg mana? Oya Shizuka, kah?
ReplyDelete