Junji Itou adalah mangaka spesialis—ceileh kayak dokter khusus aja—horror! Saya
sangat memfavoritkan beliau. Selain karena manga horror itu menarik, artwork beliau juga sangat rapi. Cerita
yang disajikan olehnya gak pernah ngebosenin.
Saya mau berbagi nikmatnya membaca manga karya beliau dengan menuliskan
sinopsis, review, sekaligus SPOILER!
Mungkin dari beberapa manga karya beliau untuk ke depannya.
First,
saya mulai dari manga oneshoot alias
cuma satu chapter langsung tamat.
Judulnya FALLING, bukan Falling
in Love mengingat ini adalah manga horror.
Diceritakan seorang lelaki yang tak disebutkan namanya (padahal dia
tokoh utama). Jadi saya kasih nama sendiri; Shinji.
Shinji pulang ke rumahnya sore itu, ketika membuka pintu ia terkejut
melihat istrinya, Erika tergantung. Segera Shinji membawa istrinya ke rumah
sakit. Dan beruntung istrinya terselamatkan. Shinji juga menemukan pesan yang
ditinggalkan Erika.
“Sesuatu yang aneh akan terjadi di kota ini,” begitulah pesannya. Namun
Shinji sama sekali tak mengerti apa yang dimaksud.
Di kotanya akhir-akhir ini memang sering terjadi peristiwa percobaan bunuh
diri, dan korbannya meninggalkan pesan yang serupa dengan yang ditinggalkan
Erika. Sebuah teka-teki menggantung di kepala Shinji.
***
Malam gelap. Jalanan kota remang-remang. Beberapa orang berjalan pelan
namun pasti, seolah mereka sudah tahu kemana kaki akan membawanya. Dan anehnya,
semua orang itu berjalan dengan mata tertutup! Terlalu aneh, bukan?!
Erika terbangun dengan tiba-tiba dari tidurnya, seperti ada jam weker
besar yang berbunyi dalam gendang telinganya. Ia turun dari ranjang rumah sakit
dan segera bergabung dengan iring-iringan orang aneh yang berjalan menembus
malam.
Mereka berjalan beriringan nampak menuju ke suatu tempat yang sama.
Seorang gelandangan yang tidur di kursi taman terbangun karena hal itu. Namun
ia tidak melakukan apapun selain bergumam keheranan. Ia berusaha bertanya namun
tak ada yang menggubrisnya.
***
Esok harinya ketika Shinji ke rumah sakit, suster melaporkan bahwa
Erika tidak ada di kamarnya. Suster itu bertanya pada Shinji apakah mungkin
Erika kabur dan pulang ke rumah, tapi tidak ada. Ternyata tak hanya Erika yang
hilang, beberapa pasien dan penduduk kota pun menghilang secara misterius.
Ketika Shinji keluar dari rumah sakit, ada seseorang yang berteriak
bahwa ia menemukan tubuh yang tergantung di atas pohon di bukit. Tanpa pikir
panjang, Shinji pun bergabung dengan warga kota memeriksa ke bukit tersebut.
Adalah seorang wanita yang tersangkut di batang pohon. Ia masih hidup
hanya kesadarannya hilang. Shinji mengenalinya, wanita itu istrinya.
“Kami sudah mencari ke seluruh penjuru kota, tapi hanya dia saja yang
ditemukan,” terang warga kota.
Shinji membawa Erika kembali ke rumah sakit. Dalam tidurnya, Erika
sering meracau aneh, seperti, “Ini mengerikan! Mengerikan! Kenapa kamu tidak
membiarkanku mati saja?” Sudah dua hari Erika seperti ini, tapi dokter bilang
ia baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan. Dua ratus orang yang hilang
semalam, kemanakah mereka pergi?
Tiba-tiba tubuh Erika terangkat dan melayang di udara. Shinji panik.
“Erika! Erika! Apa yang terjadi denganmu?!”
***
Beberapa warga menyusuri kota sampai mereka tiba di sebuah gua. Mereka
berjalan ke dalam gua tersebut sambil menebak-nebak. Beberapa dari mereka
beranggapan bahwa orang-orang yang hilang itu berkumpul dalam sebuah kelompok
pemujaan sesat.
Mereka terus masuk ke dalam gua, tapi tak menemukan apapun sampai
mereka tiba di ujung gua.
***
Erika adalah satu-satunya yang berhasil ditemukan. Dua orang warga
berkunjung ke kamar Erika di rumah sakit untuk melihatnya. Shinji sengaja
mengikat Erika di ranjangnya untuk menghindari kejadian semalam terulang lagi.
“Kenapa dia terikat?” tanya salah seorang warga, lelaki setengah baya
berkacamata.
“Malam tadi dia keluar dari ranjang dan melayang,” jawab Shinji.
“Dalam tidurnya?”
“Ya.”
Lelaki yang satu lagi melihat Erika membuka matanya. “Hei, lihat! Dia
membuka matanya!”
“Erika! Kau sadar?!” seru Shinji.
Pandangan Erika tajam seolah-olah menusuk langit-langit ruangan kamar
rumah sakit.
“Tunggu sebentar, aku akan membuka ikatannya,” ujar Shinji seraya mulai
membuka tali yang mengikat ranjang Erika.
Setelah ikatannya mengendur, Erika bangkit secara tiba-tiba dan
terduduk. Shinji terkejut. Mata Erika berputar hingga nampak putih semua.
“Mereka jatuh! Mereka jatuh!” teriak Erika. Ketiga lelaki yang ada di kamar itu
cemas dan bingung.
“Lihatlah ke jendela sebelah selatan!” seru Erika lagi. Bola matanya
masih putih semua.
Serempak Shinji dan kedua tamunya menoleh ke arah yang ditunjuk Erika. Lalu
mereka melihat satu tubuh manusia melayang dari langit dan jatuh di
semak-semak. Mereka memeriksa langit, tapi tak ada yang aneh disana.
“Kenapa... kenapa tidak membiarkanku mati?” Erika kembali meracau
sebelum kesadarannya hilang lagi.
Warga memeriksa orang yang jatuh tadi, ternyata seorang lelaki yang
sebelumnya menghilang. Wajah lelaki itu tampak meringis, seperti melihat
sesuatu yang menyeramkan.
***
“AAAAH! Mereka jatuh! Mereka jatuh!” jeritan Erika menggema di koridor
rumah sakit.
“Mereka datang dari utara!” Erika terus berteriak meski Shinji berusaha
menahannya.
Ternyata benar, tiga orang manusia telah jatuh dari langit. Sesudah
itu, Erika kembali tak sadarkan diri. Ketiga orang tersebut adalah orang yang
hilang beberapa malam silam. Ekspresi di wajah mereka mirip seperti lelaki
pertama yang jatuh; nampak meringis seolah sudah melihat sesuatu yang
menyeramkan yang tak bisa diucapkan.
Beberapa hari kemudian, warga kota membuat jaring besar yang harapannya
bisa digunakan untuk menahan tubuh-tubuh orang-orang yang menghilang jika suatu
waktu jatuh lagi dari atas langit sana. Shinji bertemu dengan orang tua
gelandangan yang juga sedang mengamati jaring besar tersebut.
“Ini seperti lelucon saja! Mereka pikir ini dapat menyelamatkan
orang-orang yang jatuh?”
“Mungkin hanya bisa dua atau tiga orang,” ujar Shinji. “Lagipula,
apakah mereka masih hidup ketika jatuh ke jaring ini? Maksudku setelah jatuh
dari ketinggian seperti itu.”
“Aku, aku melihat mereka malam itu,” ucap orang tua gelandangan dengan
sedikit tergagap. “Aku bertahan untuk tak membicarakan hal ini pada siapapun,
tapi mungkin sekarang mereka akan percaya.”
Orang tua gelandangan yang mempunyai jenggot demikian lebat itu mulai
bercerita setelah mengambil nafas panjang.
“Malam itu, aku mengikuti mereka diam-diam. Mereka semua berkumpul di
atas bukit. Setelah itu, satu per satu dari mereka melayang ke atas langit,
hingga aku tak bisa melihatnya,” cerita orang tua itu. Ia melirik Shinji yang
tengah menatapnya, “Kau pikir aku gila?”
“Tidak. Aku percaya padamu.”
Namun hal itu masih tetap jadi misteri. Untuk apa orang-orang yang
masih muda itu menghilang ditelan langit? Apa yang terjadi? Mengapa satu per
satu dari mereka berjatuhan ke bumi?
***
Shinji berjalan ke rumah sakit. Ia menemukan keributan di depan kamar
Erika. Beberapa orang lelaki membopong tubuh Erika di balkon. Mereka ingin
membunuh Erika karena Erika dianggap pembawa sial. Ia selalu mengucapkan bahwa
ada orang yang akan jatuh, dan itu menjadi nyata. Shinji berusaha mencegahnya
karena itu tindakan yang sangat bodoh. Membunuh Erika tak akan bisa menolong
siapapun. Namun Shinji dihadiahi bogem mentah.
Mereka akan menjatuhkan Erika dari balkon gedung rumah sakit lantai
paling atas itu. Tiba-tiba mata Erika terbuka, bola mata bagian putihnya
membelalak.
“Mereka jatuh! Mereka akan jatuh sekarang!” teriak Erika seperti yang
sudah-sudah. Orang-orang yang sudah gelap mata itu segera menjatuhkan tubuh
Erika.
Tubuh Erika sudah jatuh ke bawah, namun beberapa saat kemudian tubuhnya
kembali terangkat seolah-olah ada tangan besar tak terlihat yang mengangkatnya.
“Erika!” Shinji berteriak. Bola mata istrinya tak lagi putih. Itu
artinya Erika dalam keadaan sadar.
“Tolong! Tolong aku!” seru Erika, kedua tangannya terulur sementara
badannya masih melayang-layang. “Ini mengerikan! Ini mengerikan!” jerit Erika.
“Erika, pegang tanganku!” Shinji mengulurkan tangannya. Ketika jari
mereka bersentuhan, tubuh Erika langsung tertarik ke atas begitu kuat. Shinji
tidak berhasil menyelamatkannya.
Beberapa saat kemudian, ratusan tubuh jatuh dari langit. Tubuh mereka
tergolek kaku di seluruh penjuru kota dengan ekspresi meringis di wajah mereka.
Namun tubuh Erika belum jatuh juga. Mungkin suatu saat nanti.
—FIN—
Manga ini menghadirkan kisah yang penuh misteri. Dari awal sampai
akhir, misteri sebenarnya gak terpecahkan. Yang ditonjolkan dalam manga ini
adalah kekuatan ceritanya, karena jika dilihat dari artwork, nggak ada yang namanya penampakan hantu atau
makhluk-makhluk absurd yang
menyeramkan. Mungkin ada yang berpendapat manga ini kurang seru karena tidak
ada gambar hantunya. Well yea, saya
juga sedikit bosan karena gak ada gambar-gambar anehnya. Tapi, selama itu karya
Junji Itou, saya berani jamin cerita apapun tetap asik
buat dilahap.