Title: So, are We Separated?
Author: Tsu
Genre: Friendship
Rate:
T
Cast:
Rena Matsui, Jurina Matsui
Disclaimer: Rena dan Jurina punya SKE48, punya Aki-P, punya agensi mereka, punya
keluarga mereka, dan tentu diri mereka sendiri
Konser hari pertama telah berakhir. Rena
duduk di depan cermin besar di ruang make-up,
menyesap minuman hangat perlahan-lahan sambil menghembuskan nafas lelah. Banyak
kejutan di hari pertama ini. Terlalu banyak. Ia sudah menduga bahwa di SKE48
akan diadakan shuffle member juga
seperti yang telah berkali-kali dilakukan sister
grup-nya. Sekarang waktu itu datang.
“Rena senpai!”
dua orang juniornya di tim E menghampiri Rena dengan senyum lebar terukir di
wajah mereka.
“Aa~ Nao, Honoka, otsukare,” sapa Rena seraya mengangguk.
“Wah, aku sangat senang Senpai jadi kapten tim E. Ayo kita berjuang bersama-sama!” Nao
mengacungkan tinjunya ke udara.
“Ganbarouuu!”
Honoka mengikuti apa yang dilakukan Nao.
Rena tertawa kecil, “Terimakasih, aku mohon
bantuannya.”
Nao mengangguk sementara Honoka memberi satu
jempol. Mereka berdua masih tertawa-tawa ketika meninggalkan ruang make-up.
Rena menghela nafas, bebannya semakin berat
saja. Ia dipindahkan ke tim E bukan hanya sebagai anggota saja, tapi sekaligus
sebagai kaptennya. Sebuah tanggung jawab besar yang harus ia pikul. Sebagai
senior di grup ini, Rena harus bisa menunjukkan bahwa ia mampu, ia layak
menjadi kapten tim.
Dan... mungkin yang paling mengganjal atas
perombakan anggota grup ini, dia harus terpisah dengan Jurina. Ini bukan yang
pertama kalinya. Pada konser Saitama
Super Arena silam, Rena menelan keputusan pahit tentang pindahnya Jurina ke
AKB48 tim K. Meskipun sebenarnya anak itu masih di SKE. Rena mengkhawatirkan
keadaannya. Pulang-pergi Nagoya – Tokyo akan sangat menyita energi. Jurina
masih muda, kalau tidak ada yang memperingatkan dia tentang kesehatannya
bagaimana?
“Rena-chan!”
Suara itu... suara yang ingin ia dengar sejak
tadi. Suara seseorang yang ia tunggu, yang sekarang bayangannya memantul
sempurna di cermin di hadapannya.
“I-iya,” Rena bangkit dari duduknya. Ketika
berbalik, Jurina menghambur ke pelukannya.
“Selamat! Mereka mempercayaimu menjadi kapten
tim. Aku senang sekali!” Jurina memekik seperti biasa.
“Trims,” sahut Rena.
Sebenarnya banyak yang ingin ia utarakan pada
gadis ceria yang kini ada dalam pelukannya itu. Namun waktu seolah berhenti,
lidahnya menjadi kaku. Tak ada lagi yang ingin ia lakukan sekarang selain
berharap waktu benar-benar berhenti dan mereka tetap seperti ini.
“Berjuanglah, Rena-chan!” Jurina melepas pelukannya.
Ha-hanya itu?! Rena tertegun. Kau tidak ingin
mengatakan yang lain? Tentang terpisahnya kita, mungkin? Kau senang kita
berpisah?
Jurina berjalan meninggalkan ruang make-up. Meninggalkan Rena yang masih
terpaku, termangu dengan apa yang baru saja terjadi.
Beberapa menit berlalu, Rena masih berdiri
diam di tempatnya. Ketika suara derap berlari terdengar nyaring di koridor,
Rena berharap. Semoga anak itu kembali.
Jurina muncul di pintu dengan nafas
tersengal. Mata jenakanya berkilat berkaca-kaca. Rena tersenyum penuh arti.
Sejurus kemudian, Jurina kembali memeluk gadis itu. Pelukan yang lebih erat
dari sebelumnya.
Ruangan itu menjadi sunyi. Mereka berdua
berpelukan dalam diam. Sesekali terdengar isak tangis dan deru nafas yang
berat. Tidak ada yang membuka pembicaraan. Karena terkadang ada beberapa hal
yang tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata.
-FIN-