Harmoni Kesegaran Buah #3 Melon
Author: Tsu
Disclaimer: Fruits by Kim Euy-jung © Elex Media 2010
Perasaan bahagia dalam keluarga adalah ketika istrimu mengandung anak kalian yang pertama. Itulah yang dialami Imjeong saat ini.
“Dajeong, ini ayah….” Bisik Imjeong sambil mengelus perut istrinya. “Kamu bisa dengar suara ayah?”
“Haha, geli ah…” sahut istrinya. “Kita ‘kan belum tahu dia laki-laki atau perempuan, kenapa memanggilnya Dajeong?”
“Dengar ya, Sayang…. Pokoknya aku mau anak perempuan yang cantiknya kayak kamu!” ujar Imjeong tegas.
“Suamiku…” istrinya terharu.
“Sayang…”
Dan mereka berpelukan.
“Suamku, tiba-tiba aku ingin makan melon.”
“Eng? Melon? Malam-malam begini?” tanya Imjeong sedikit keheranan.
Sang istri melepaskan pelukan dengan gusar.
“Tapi ‘kan sekarang hampir jam 10,” sahut Imjeong sambil menunjuk jam.
Istrinya memegang perutnya gelisah, “Apa?! Apa? Dajeong, kamu mau makan melon sekarang?”
Imjeong mengalah, ia meraih jaket dan berangkat. Tujuan pertamanya adalah supermarket.
Lelaki itu sudah duduk di belakang kemudi mobilnya. Namun, ia baru menyadari bahwa dompetnya tertinggal. Ia memeriksa saku jaket dan menemukan kartu ATM. Maka ia memutuskan untuk mengambil uang di ATM.
“Oho, di situ ada ATM!” Imjeong memarkirkan mobil dan masuk untuk menarik uang tunak.
“Ambil seratus ribu saja mungkin cukup,” gumam Imjeong. Kemudian memasukkan angka yang diperlukan dalam mesin tersebut. Tiba-tiba, rolling door tempat ATM tersebut ditutup oleh seseorang, mungkin karena ia tak menyadari ada orang di dalam.
“Tunggu!” Imjeong menjerit frustasi.
Beberapa saat kemudian, polisi datang membantu Imjeong keluar. Tampaklah lelaki itu berlutut tak menentu.
“Lain kali hati-hati ya, Pak!”
“Iya, maaf,” sahut Imjeong dengan tampang kusut.
“Silakan keluar!”
“Terimakasih.” Namun Imjeong terkejut setelah melihat mobil yang ia parkir tadi sudah lenyap tak berbekas. “Oh tidak! Mo-mobilku!!” Imjeong panik dan segera melapor pada polisi yang tadi masih ada disana, “Pa-pak! Apa anda lihat mobil disana?”
“Area itu adalah zona dilarang parkir,” jawab si petugas ketus.
“’kan cuma berhenti sebentar…” gumam Imjeong sambil menggaruk belakang kepalanya.
“Di daerah ini peraturan parkir sangat ketat, jadi polisi patroli sampai jam 12 malam.”
Imjeong melanjutkan perjalanan dan masih menggerutu. Ia memasuki minimarket untuk membeli melon. Seorang kasir perempuan menyambutnya ramah. Namun Imjeong tidak menemukan buah yang dicarinya. Ia hanya mengambil sebotol air mineral dan membawanya ke kasir.
Ketika ia selesai membayar, masuklah seorang pemuda berambut gondrong, Imjeong berpapasan dengan pemuda tersebut. Ia menutup hidungnya karena tercium bau minuman keras.
“Rokok medium sebungkus!” pinta pemuda mabuk itu ke kasir.
‘Ugh, dia juga merokok. Padahal kayaknya masih SMA,’ pikir Imjeong.
“Maaf, boleh tunjukkan KTP-nya terlebih dahulu?” pinta si kasir.
“Ah, sial! Bikin aku kesal saja! Berikan saja rokoknya!” bentak pemuda itu. Kemudian ia menarik kaus pegawai tersebut. “Hei, kau meremehkanku, ya?! Emangnya berapa umurmu? Beraninya menyuruhku memperlihatkan KTP?!”
Kasir wanita itu tak membantah juga tak mampu melawan.
“Hah?! Kau sudah merasa dewasa, ya? Heh, brengsek! Walaupun aku masih muda, tapi menakutkan, ‘kan?!”
Imjeong terdiam di tempat. Ia tak tega melihat kasir wanita itu. Namun, untuk melawan pemuda mabuk itu pun ia tak mempunyai keberanian.
“Heh, apa lihat-lihat?!” bentak pemuda mabuk itu yang ternyata menyadari bahwa Imjeong memperhatikannya.
Imjeong gugup. Kehilangan kata-kata, “He-hentikan…” ucapnya sambil memalingkan wajah.
“Apa? Apa kau bilang?! Kau juga meremehkanku?!” pemuda itu mendorong Imjeong hingga jatuh terjerembab. Ia menindih Imjeong dan menampar wajahnya. “Kau bangga karena sudah dewasa?!”
Imjeong hanya bisa meringis kesakitan. Pemuda mabuk itu hendak mengayunkan kepalan tangannya ke wajah Imjeong. Mujur. Tiga orang teman pemuda itu datang dan mencegahnya.
“Anda baik-baik saja?” tanya salah seorang dari teman si pemuda mabuk. Mengulurkan tangannya untuk membantu Imjeong berdiri. “Aku sungguh minta maaf. Anda pasti sangat kaget, ya?”
“Ya, sedikit.”
“Dia baru saja diputuskan oleh pacarnya. Jadi sekarang sedang patah hati.”
Pemuda mabuk yang sudah dipegangi oleh teman-temannya diminta untuk meminta maaf. Namun ia menolaknya. Akhirnya malah temannya yang meminta maaf pada Imjeong sebelum mereka pergi.
“Hari ini aku benar-benar sial!” gumam Imjeong sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. “Tak ada pilihan lain, aku harus membeli melon di pasar pagi…”
Maka Imjeong pun menyetop taksi untuk menuju ke pasar pagi. “Ke pasar Gyeong Dong ya, Pak!” serunya pada supir taksi. Ia berencana untuk tidur selama perjalanan.
“Yeaaa….sarubia…sarubiaa…” supir taksi itu bernyanyi nyaring, mengikuti irama lagu yang disetelnya. Imjeong jengkel karena ia tak bisa memejamkan matanya. Padahal ia merasa sangat lelah.
“Aa…sarubia…sarubia…. Ini memang obat paling bagus supaya nggak ngantuk, ‘kan?!” ujar si supir taksi sambil tertawa lebar.
Tiga puluh menit berlalu, Imjeong tiba di pasar. Ia hampir muntah karena selama perjalanan, supir tersebut tak berhenti bernyanyi.
“Huh, akhirnya…” ucap Imjeong lega sambil menatap buah melon yang segar-segar.
Sekitar jam empat pagi, Imjeong sampai di rmah dengan membawa empat buah melon yang besar. Ia geli membayangkan ekspresi senang istrinya.
KLEK. “Sayang, aku pulang…” seru Imjeong setelah memasuki rumahnya. “Aku bawa melon segar dan enak! Aku berjuang keras untuk mendapatkan melon ini, lho….”
Sesampainya di kamar, Imjeong tertegun mendapati istrinya telah tertidur lelap di atas karpet.
“Aku sudah susah payah membeli melon ini. Tapi kamu malah tidur?” gerutu Imjeong.
KRESEK!
Imjeong menginjak sesuatu. Ternyata kemasan bekas es krim melon. Bukan hanya satu, tapi ada empat bungkus kosong bekas es krim.
“Kamu jadi makan es krim melon, ya?!” Imjeong memandang wajah istrinya yang terlelap. Kemudian, Imjeong mencubit hidung istrinya. “Ugh…” istrinya mengeluh pelan. Imjeong terkekeh.
Setelah menyelimuti tubuh istrinya, Imjeong meraih tangannya, menggenggam jemarinya lembut dan memutuskan untuk tidur di samping istrinya. Mereka tidur dengan posisi badan menyamping saling berhadapan. Dengan empat buah melon utuh dan empat kantong bekas es krim melon di sampingnya.
-FIN-