Waktu iseng-iseng bongkar buku pelajaran SD, saya nemuin ini: cerita pendek yang saya buat waktu kelas 3 SD. No editing!
BOSAN
Pada suaTu siang ada seekor ular sedang mencari makanan. ular itu bernama uli. Sudah Terlalu siang uli belum juga menemukan mangsanya. akhirnya, uli langsung Pulang dengan PeruT yang kosong. malam itu uli Terpaksa memakan daun daunan, sudah Terasa rasa daun itu, uli berpikir,"Lebih baik makan daun daunan saja. kalau makan daging Terus menerus 'kan bosan".TernyaTa memang benar sejak itu uli jadi bosan berkeliaran mencari mangsa.keesokan harinya,uli berTemu dengan Temannya ili. sedang Kelaparan karena seharian Tidak daPaT makanan. Lalu uli berkata kePada ili,"hai, kawan kau Tidak usahlah selalu makan daging.aku juga kemarin tidak menemukan mangsa.""Lalu kamu makan apa,"kata ili berTanya dengan suara lemah. "aku makan daun daunan yang segar sekali," Lalu uli mencari daun daunan dan diberikan kePada ili,"Terima kasih uli, sekarang aku Tidak begitu laPar.""wah,aku bangga sekali bisa menolong yang membutuhkan Pertolongan".
TamaT
Komentar saya, sepertinya Uli dan Ili bersaudara, bisa dilihat dari kemiripan nama mereka. Namun sebenarnya tidak.
Nah, ada satu lagi nih, saya temukan tepat di belakang cerpen tadi.
BAHAGIA HATI ILING
iling adalah nama seekor anak kancil.ia hiduP sendirian karena keluarganya Telah lama meninggalkannya.iling Terus berkelana mencari ibunya, iling menyangka ibunya sudah maTi. ada juga kabar lain,bahwa ibunya belum meninggal. seTelah lama mencari akhirnya iling berTemu dengan ibunya.iling sangat bahagia sekali berjumpa dengan ibunya,ibunya junga sangat senang.Pada suaTu malam iling bermimpi bahwa ibunya malam iTu telah Pergi unTuk mencari mangsa Padalah iling masih ingin bersama ibunya. keesokan harinya iling bangun dari Tidurnya, lalu iling melihaT ibunya yang sedang Tidur di sebelah sana. BeTaPa TerkejuTnya iling wakTu melihaT darah di TempaT ibunya Tidur. Lalu, iling menjeriT sekuaT Tenaganya, "ibu.....". "ada aPa nak" "hah, ibu belum maTi ya." Lalu, ibunya menceriTakan bahwa darah itu darah Tikus yang disangka ibunya oleh Pemburu. Bahagia di haTi iling.
TamaT
Sepertinya, si anak kancil di atas masih sepupuan sama Uli-Ili. Soalnya punya nama "Iling" XD. Saya waktu kelas 3 SD sepertinya tak bisa membedakan T dan t, atau bisa saja itu sekedar gaya-gayaan.
Tuesday, October 18, 2011
Tuesday, October 4, 2011
Romeo and Juliet - Dinner Tragedy
oke, sebenernya ini hanya salah satu hobi saya. Menulis cerita. Sudah pernah saya post juga di Facebook.
Romeo and Juliet – Dinner Tragedy
Genre: Angst, Suspense, Thriller, Romance
Rated: M/PG-18
Casts: Romeo Montague, Juliet Capulet
Disclaimer: Romeo and Juliet © Shakespeare, Dinner Tragedy © tsu
WARNING: Full of violence, bloody scene. Don’t like, don’t read.
———
Suasana Verona di malam hari begitu indah. Terlebih lagi di malam Halloween seperti ini. Lolongan anjing dan nyanyian burung hantu bersahut-sahutan dengan teriakan anak-anak yang berkelompok meminta permen dari rumah ke rumah.
Tiga orang anak berkostum skeleton mendekati sebuah rumah yang bernomor 666 atas nama Montague Jr.
“Trick or treat!!” teriak mereka tanpa membunyikan bel.
“Trick or treat!!!” mereka berteriak lagi karena tidak ada jawaban dari si pemilik rumah.
“Hei, mungkin pemilik rumah ini sudah tertidur” ujar seorang anak yang mempunyai badan paling tinggi diantara mereka.
Anak lain yang bertubuh pendek dan gemuk berjongkok di depan pintu. Mengamati Jack O’Lantern yang teronggok disana. “Mungkin ada permen di dalam sini”
Tiba-tiba pintu terbuka. CKLEK
“Jangan ganggu labuku!” sebuah suara berat dari si pemilik rumah mengagetkan tiga skeleton itu.
“Kami hanya minta permen” sahut anak yang paling tinggi. Memberanikan diri untuk berbicara sementara kedua temannya sudah berada di balik punggungnya.
“Tidak ada permen! Pergi dari rumahku atau kujadikan kalian daging cincang?!” gertak sang pemilik rumah sambil mengangkat sebuah benda tipis yang berkilau, runcing, dan ada sedikit bercak merah disana.
Seketika itupun, tiga anak berkostum skeleton langsung mengambil langkah seribu, berlari tunggang langgang. Montague Jr. memasuki rumahnya kembali. Dia tergesa-gesa menuju dapur, memastikan masakan yang dia tinggalkan tadi tidak gosong.
CTARR. Bunyi petir yang memekakkan telinga. Disusul oleh hujan deras mengguyur Verona. “Hm, malam Halloween yang basah” gumam pria si pemilik rumah. Dia telah menyelesaikan memasak ketika jarum jam dinding menunjuk angka 11. Aroma daging menyeruak memenuhi dapur. Dia membawa dua piring steak menuju meja makan. Pandangannya tertuju pada sebuah benda kotak panjang di tengah rumah. Peti mati. Terdengar suara hantaman dan teriakan kecil dari dalamnya.
Perlahan-lahan dia membuka peti itu. Mendapatkan seseorang terbaring disana. “Rom, apa yang kau lakukan?” bangkit dari pembaringan, gadis itu menatap penuh tanya.
Si pemilik rumah yang dipanggil ‘Rom’ tersenyum kecil, untuk kemudian membantu sang gadis keluar dari peti mati. “Hanya sebuah kejutan kecil”
Sekarang mereka berdua duduk menghadap meja makan. Dengan dua piring steak, dua gelas kosong, satu botol white wine, dan tiga buah lilin yang membuat suasana romantis.
“Kau yang menyiapkan semua ini, Rom?” tanya gadis itu ceria.
Rom mengangguk, “Nikmatilah, Juliet!” sambil menuangkan wine dari botol, dia menyeringai kecil. Juliet, kekasihnya, nampak sangat cantik malam ini. Dengan balutan gaun putih yang manis.
“Mm, sepertinya enak...” Juliet mulai menyantap steak yang dihidangkan Romeo. Sesuap, dua suap, dan Juliet berdecak kagum. “ Rom, ini enak sekali! Baru kali ini aku makan steak seenak ini”
Romeo hanya menanggapi dengan tersenyum. ‘Aku sudah tidak sabar, Juliet... Aku ingin menodai gaunmu yang putih itu dengan warna merah. Dengan darahmu’
“Rom, beritahu aku! Darimana kau dapat daging ini? Sepertinya mahal”
“Kau benar-benar ingin tahu?”
“Tentu saja, Rom. Aku calon istrimu. Aku yang akan masak untukmu”
“...” namun Romeo tidak mengindahkannya. Dia hanya meneguk wine dengan santai.
“Ayolah, Rom! Beritahu aku! Aku ingin menjadi istri yang baik kelak” rengek Juliet sambil memegang tangan Romeo.
“Baiklah” pria itu mengalah, Juliet tersenyum. “Daging ini aku dapat dari rumahmu” lanjut Romeo.
“Tunggu!” Juliet mengerutkan alis. “Kau dapat dari rumahku, Rom? Keluargaku tidak berjualan daging” dia kebingungan.
“Aku tidak membelinya, aku mengambilnya tanpa izin”
“Maksudmu?” pertanyaan dari Juliet yang bingung disambut tawa Romeo.
“Aku mengambilnya tanpa izin dari kedua orangtuamu. Yang kau makan itu daging mereka, Juliet”
“Huweeeeks!!” Juliet muntah. Karena tidak sanggup mengeluarkan makanan yang sudah masuk ke perutnya, dia hanya membuang daging haram yang ada di mulutnya, yang tengah dia kunyah.
Masih dengan perasaan mual, Juliet menatap wajah kekasihnya. Tajam. Antara takut, benci, dan tidak percaya.
“Kau mengenalku, Juliet. Aku orang yang jujur” jawaban Romeo tersebut semakin meyakinkan Juliet bahwa dia sedang tidak bermimpi. “Kalau kau masih tidak percaya, bisa lihat isi freezerku di dapur. Lord Capulet dan Lady Capulet masih utuh. Aku hanya mengambil sedikit daging paha mereka. Hanya untuk malam ini”
Juliet membanting meja hingga terjungkal dan benda yang berada di atasnya berhamburan. Hanya gelas wine Romeo yang masih utuh, karena kekasihnya itu tidak berhenti meminum white wine kesukaannya.
“Berani sekali kau, Romeo!” bentak Juliet dengan mengarahkan garpu steak ke wajah Romeo.
“...” tidak ada jawaban dari Montague Jr. Hanya suara wine yang mengaliri kerongkongannya.
PRANG. Romeo menjatuhkan gelas wine yang telah kosong. Menghantam benda-benda lain yang berserakan di lantai. Dia mengayunkan langkah mendekati tempat berdiri Juliet. Sementara Juliet bergerak mundur, masih tetap dalam posisi menodongkan garpu.
Hujan turun semakin deras. Diiringi petir dan kilat yang bersahut-sahutan. Suasana mencekam. Tidak ada lagi teriakan anak-anak yang meminta permen. Tidak ada lagi pijaran lampu tuan labu di depan rumah. Mereka akan segera menyimpannya begitu awan terlihat mendung, begitu suara petir menggelegar. Ya, semua orang di Verona. Kecuali Romeo Montague, dengan nomor rumah 666. Dia tidak sempat mengamankan Jack O'Lantern di depan rumah, karena terlalu sibuk menyiapkan hidangan spesial untuk kekasihnya.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini, Rom? Kenapa kau bunuh kedua orangtuaku?!" Juliet berteriak marah.
Lagi-lagi, Romeo hanya tersenyum. Kini, dengan sebilah pisau di tangannya. "Aku tidak menyukai keluargamu. Apalagi Lady Capulet, wanita tua itu menyebalkan. Aku ingin mengoyak perutnya dan mengiris payudaranya. Dan ayahmu, dia terlalu egois. Aku harus mencongkel kedua matanya lalu kujadikan pajangan di meja makan. Ide yang bagus, bukan?"
Juliet membuang nafas, "Dari awal, keluarga kita sudah bermusuhan. Lalu mengapa kau mau mengambil resiko dengan mencintaiku?"
"Juliet, apa kau pernah bercermin? Kau lebih cantik dari Rosaline, sepupumu yang pernah aku cintai itu" Romeo hendak membelai wajah Juliet. Namun ditangkis oleh gadis itu.
"Kalau kau benar mencintaiku, kenapa kau menyakiti hati dan perasaanku dengan membunuh orang yang kucintai. Kau gila, Rom!"
"Aku akan membunuhmu juga. Setelahnya, aku akan membunuh diriku sendiri. Bukankah kita ditakdirkan seperti itu? Sehidup semati. Kita akan bahagia di surga, honey" Romeo mendekati Juliet yang kini sudah merapat ke dinding ruangan. "Tapi sebelumnya, aku ingin bercinta denganmu" bisik Romeo, berniat mengecup bibir Juliet namun dihadang sebuah garpu yang sedikit menusuk pipinya.
Romeo terhenyak dan mundur satu langkah, dia mengusap pipinya yang agak lecet. Dengan satu gerakan, Romeo berhasil menggores lengan kiri Juliet, membuat gaun putih Juliet sobek di bagian lengan. Darah segar mengalir. Gadis itu mengaduh kesakitan.
Juliet menyerang Romeo dengan garpu di tangan kanannya. Namun berhasil Romeo tahan. "Juliet, berhenti bertingkah seperti anak kecil. Aku hanya ingin bercinta denganmu, setelah itu kita mati bersama. Mudah, bukan?!"
"Setan apa yang merasukimu? Kau bukan orang yang seperti ini, Romeo" Juliet berusaha melawan tenaga Romeo yang menahan tangan kanannya. Sementara lengan kirinya belum bisa dia gerakkan. Masih terasa ngilu.
Tangan kanan Romeo yang memegang pisau bebas. Dia sudah kehilangan akal sehat. Dia mengarahkan pisau itu ke wajah Juliet. Dengan sisa tenaga, Juliet berhasil menahan serangan itu menggunakan tangan kirinya. Tiba-tiba Juliet menggigit tangan Romeo hingga pisau itu terlepas. Dengan segera, Juliet menendang jauh pisau itu.
"Tch, dasar kau jalang!" bentak Romeo, dia meringis kesakitan karena gigitan Juliet cukup dalam sampai ke daging.
Romeo sedikit lengah. Juliet menendang selangkangannya hingga kekasihnya jatuh terjerembab di lantai.
"Shit!" desis Romeo meratapi sakit di bagian vitalnya.
Juliet langsung menduduki perut Romeo. Tangan kirinya dia gunakan untuk mencekik leher pria itu, sementara tangan kanannya diangkat ke atas dengan mata garpu yg menghadap wajah Romeo.
Seketika garpu itu menukik turun dan mendarat tepat di bola mata kiri Romeo.
"Aarghh!" jerit Romeo tertahan karena jalur pernapasan dan pita suara di lehernya terjepit. Dia merasakan sakit yg amat sangat di matanya. Cairan merah kental mulai menggenangi matanya.
"Ini untuk ibuku!" jerit Juliet sambil mencabut garpu steak yang menancap di mata Romeo. Bola mata kiri beserta urat-uratnya terbawa. Romeo mendesis kesakitan.
Juliet melepas tangannya dari leher Romeo. Pria itu bisa bernafas lega meski denyut-denyut tak wajar memenuhi kepalanya. Juliet mengalihkan perhatian pada bola mata yang tertancap di garpu. Bola mata kekasihnya yang kini sudah tidak berada pada tempatnya. Juliet menjilati darah yg menempel di mata itu. Juga menggigiti urat-uratnya.
Romeo mengumpulkan tenaga. Meski kepalanya masih terasa sakit dan pandangannya menjadi buram. Dia mengamati pecahan beling yang berserakan di lantai. Karena tidak jauh dari tempat Romeo terbaring, dia bisa meraih serpihan beling itu.
"Krek...krek..." Juliet mengunyah urat-urat mata Romeo. Sepertinya dia sudah gila.
Dengan pecahan beling di tangan, Romeo berusaha menggapai leher Juliet. Dengan satu goresan, maka Juliet akan mati. Namun, Juliet segera menyadari hal itu. Dia menepis lengan Romeo dan menggigitnya lagi.
"Ini untuk ayahku!" Juliet membuka mulut Romeo dan menjejalkan bola mata dengan paksa. Setelah benda itu masuk seluruhnya, Juliet mengatupkan mulut Romeo dan menutup dengan kedua tangannya.
Romeo merasakan mual luar biasa. Dia sudah tidak tahan lagi untuk memuntahkan benda yang ada di mulutnya. Romeo bukanlah lelaki yg lemah, dengan tenaganya, dia berhasil mendorong Juliet hingga terpental menabrak tembok.
Romeo bangkit berdiri dan memuntahkan mata kiri yang dikulumnya sedari tadi. Bukan hanya mata itu yang keluar, tapi seluruh isi perutnya pun ikut melompat.
Juliet terbaring kepayahan, kepalanya sakit karena terbentur tembok. Romeo berjalan limbung menyisir ruang tengah yang berserakan, mencari pisau kesayangannya. Dan ya, dia menemukan pisau itu di antara serpihan barang pecah belah. Dia berjalan mendekati Juliet yang masih terbaring lemas. Namun, pria itu terpeleset karena menginjak hasil muntahnya tadi.
Juliet tertegun, Romeo sudah berada di hadapannya dengan pisau terhunus. Perlahan-lahan Romeo mendekatinya. Juliet bersiaga dengan garpu di tangannya.
CLEB. Garpu itu menusuk pipi Romeo bersamaan dengan pisau yang kini menancap di perut Juliet. Romeo menggunakan tangan kirinya untuk mencabut garpu yang masih dipegang Juliet. Terjadi adu kekuatan. Namun tenaga pria lebih kuat dari tenaga wanita. Romeo berhasil mengunci lengan Juliet di lantai.
Satu lengan Juliet bebas, tetapi lemah. Karena sudah kehabisan darah akibat goresan Romeo tadi.
Pisau yg menancap di perut Juliet tidak dicabut oleh Romeo. Justru dia menusukkannya lagi makin dalam. Kemudian Romeo menarik pisau itu ke samping. Gaun putih dan perut Juliet robek. Darah mengucur mengikuti garis yang dibuat Romeo. Juliet menangis. Dia merasa ajalnya akan segera tiba.
Romeo mencabut pisaunya dan meletakkan di lantai. Dia membelah perut Juliet dengan kedua tangannya. Menarik keluar organ perut kekasihnya.
Juliet berpikir bagaimana cara untuk membunuh Romeo. Pandangannya tertuju pada sebuah benda runcing mengkilap yang tergeletak di lantai. Pisau.
Romeo masih asyik meraba-raba dan mengeluarkan organ-organ dalam milik Juliet. Perlahan-lahan kesadaran Juliet menghilang. Sebelum benar-benar hilang, gadis itu meraih pisau di lantai dan segera menusukkannya ke leher Romeo. Kemudian, Juliet langsung terkulai lemas dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Romeo terkejut dengan tusukan pisau di lehernya. Dia berusaha mencabut pisau itu dan berhasil. Sayangnya, ketika pisau itu tercabut dan dia lemparkan, nyawanya pun ikut tercabut. Mayat Romeo langsung jatuh terantuk lantai.
Beginilah mereka, seperti sudah digoreskan takdir. Hidup bersama, mati pun tak terpisahkan. Kisah cinta abadi sampai mati.
_END_
Monday, October 3, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)