Sunday, April 14, 2013

So, are We Separated? [a WMatsui drabble]


Title: So, are We Separated?
Author: Tsu
Genre: Friendship
Rate: T
Cast: Rena Matsui, Jurina Matsui
Disclaimer: Rena dan Jurina punya SKE48, punya Aki-P, punya agensi mereka, punya keluarga mereka, dan tentu diri mereka sendiri


Konser hari pertama telah berakhir. Rena duduk di depan cermin besar di ruang make-up, menyesap minuman hangat perlahan-lahan sambil menghembuskan nafas lelah. Banyak kejutan di hari pertama ini. Terlalu banyak. Ia sudah menduga bahwa di SKE48 akan diadakan shuffle member juga seperti yang telah berkali-kali dilakukan sister grup-nya. Sekarang waktu itu datang.

“Rena senpai!” dua orang juniornya di tim E menghampiri Rena dengan senyum lebar terukir di wajah mereka.

“Aa~ Nao, Honoka, otsukare,” sapa Rena seraya mengangguk.

“Wah, aku sangat senang Senpai jadi kapten tim E. Ayo kita berjuang bersama-sama!” Nao mengacungkan tinjunya ke udara.

Ganbarouuu!” Honoka mengikuti apa yang dilakukan Nao.

Rena tertawa kecil, “Terimakasih, aku mohon bantuannya.”

Nao mengangguk sementara Honoka memberi satu jempol. Mereka berdua masih tertawa-tawa ketika meninggalkan ruang make-up.

Rena menghela nafas, bebannya semakin berat saja. Ia dipindahkan ke tim E bukan hanya sebagai anggota saja, tapi sekaligus sebagai kaptennya. Sebuah tanggung jawab besar yang harus ia pikul. Sebagai senior di grup ini, Rena harus bisa menunjukkan bahwa ia mampu, ia layak menjadi kapten tim.

Dan... mungkin yang paling mengganjal atas perombakan anggota grup ini, dia harus terpisah dengan Jurina. Ini bukan yang pertama kalinya. Pada konser Saitama Super Arena silam, Rena menelan keputusan pahit tentang pindahnya Jurina ke AKB48 tim K. Meskipun sebenarnya anak itu masih di SKE. Rena mengkhawatirkan keadaannya. Pulang-pergi Nagoya – Tokyo akan sangat menyita energi. Jurina masih muda, kalau tidak ada yang memperingatkan dia tentang kesehatannya bagaimana?

“Rena-chan!”

Suara itu... suara yang ingin ia dengar sejak tadi. Suara seseorang yang ia tunggu, yang sekarang bayangannya memantul sempurna di cermin di hadapannya.

“I-iya,” Rena bangkit dari duduknya. Ketika berbalik, Jurina menghambur ke pelukannya.

“Selamat! Mereka mempercayaimu menjadi kapten tim. Aku senang sekali!” Jurina memekik seperti biasa.

“Trims,” sahut Rena.

Sebenarnya banyak yang ingin ia utarakan pada gadis ceria yang kini ada dalam pelukannya itu. Namun waktu seolah berhenti, lidahnya menjadi kaku. Tak ada lagi yang ingin ia lakukan sekarang selain berharap waktu benar-benar berhenti dan mereka tetap seperti ini.

“Berjuanglah, Rena-chan!” Jurina melepas pelukannya.

Ha-hanya itu?! Rena tertegun. Kau tidak ingin mengatakan yang lain? Tentang terpisahnya kita, mungkin? Kau senang kita berpisah?

Jurina berjalan meninggalkan ruang make-up. Meninggalkan Rena yang masih terpaku, termangu dengan apa yang baru saja terjadi.

Beberapa menit berlalu, Rena masih berdiri diam di tempatnya. Ketika suara derap berlari terdengar nyaring di koridor, Rena berharap. Semoga anak itu kembali.

Jurina muncul di pintu dengan nafas tersengal. Mata jenakanya berkilat berkaca-kaca. Rena tersenyum penuh arti. Sejurus kemudian, Jurina kembali memeluk gadis itu. Pelukan yang lebih erat dari sebelumnya.

Ruangan itu menjadi sunyi. Mereka berdua berpelukan dalam diam. Sesekali terdengar isak tangis dan deru nafas yang berat. Tidak ada yang membuka pembicaraan. Karena terkadang ada beberapa hal yang tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata.


-FIN-